pingitan

Jadikan Pingitan Tidak Membosankan:, Tata Cara dan Jika Melanggar

Pingitan berasal dari kata “pingit” berarti “menyembunyikan” atau “menutupi”.

Pingitan merupakan salah satu tradisi yang masih lestari pada kalangan masyarakat Jawa dalam rangkaian pernikahan adat mereka. Pingitan berarti meminang atau menyembunyikan calon pengantin perempuan dari pandangan calon pengantin laki-laki dan orang lain selama beberapa waktu sebelum hari pernikahan. Tujuannya adalah untuk menjaga kesucian, keamanan, kecantikan calon pengantin perempuan, serta untuk memupuk rasa rindu, percaya, hingga kesabaran di antara calon pengantin. Tapi, apakah pingitan itu membosankan? Bagaimana mengaturnya yang benar? Lalu apa yang terjadi jika melanggar pingitan? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui jawabannya. 

Apa itu Pingitan 

Pingitan berasal dari kata “pingit” berarti “menyembunyikan” atau “menutupi”. Dalam konteks pernikahan adat Jawa, pingitan adalah proses saat calon mempelai perempuan harus menjaga diri dari kontak dengan dunia luar, terutama dengan calon pengantin pria, selama beberapa waktu sebelum pernikahan. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menjaga kesucian serta kehormatan mempelai wanita. Praktik ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang berbeda-beda, dari beberapa hari hingga beberapa tahun, tergantung pada tradisi dan kebijakan yang berlaku.

Baca Juga: Seserahan Lamaran yang Unik Serta Memikat: Hadiah & Hampers

Manfaat Pingitan 

Pingitan memiliki beberapa manfaat bagi calon pengantin perempuan, baik dari segi fisik maupun psikis. Berikut merupakan beberapa manfaat yang bisa dirasakan oleh mempelai wanita:

pingitan dapat menjaga kesucian dan kehormatan calon pengantin perempuan.
  • Menjaga kesucian dan kehormatan calon pengantin perempuan. Selama masa pingitan, mempelai wanita akan dijaga ketat oleh orang tua serta saudaranya. Hal ini bertujuan untuk mencegah calon pengantin perempuan bertemu dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya.
  • Mempererat hubungan keluarga. Tradisi ini dapat mempererat hubungan keluarga, terutama antara calon pengantin perempuan dengan orang tua serta saudaranya. Selama masanya berlangsung, mempelai wanita akan banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini dapat meningkatkan rasa kasih sayang hingga kepedulian keluarga terhadap calon pengantin perempuan.
  • Pingitan dapat meningkatkan rasa cinta dan rindu antara calon pengantin perempuan maupun pria. Dengan tidak bertemu selama masanya berlangsung, mempelai wanita dan pria dapat merasakan betapa berharganya kehadiran satu sama lain. Mereka juga bisa mempersiapkan diri secara mental serta emosionalnya untuk menjalani kehidupan berumah tangga yang baru. Tradisi ini pun juga dapat menjadi ujian bagi kedua mempelai untuk tetap setia serta sabar menunggu hari pernikahan tiba.
  • Pingitan dapat menjaga mempelai wanita dari gangguan yang tidak terlihat, seperti roh jahat, guna-guna, atau hal-hal negatif lainnya yang bisa mengganggu keselamatan dan kesehatannya. Orang-orang yakin bahwa darah manis calon pengantin perempuanlah yang membuatnya rentan terhadap gangguan tersebut.
  • Pingitan dapat membuat mempelai wanita lebih cantik pada saat pernikahan. Selama masanya berlangsung, calon pengantin perempuan biasanya melakukan perawatan diri dengan menggunakan racikan ramuan tradisional khusus untuk wanita. Ramuan tersebut bisa berupa lulur, masker, minyak, atau bahan-bahan alami lainnya yang bisa membersihkan, melembutkan, serta mencerahkan kulit. Pingitan juga dapat membuat mempelai wanita lebih beristirahat dan mengurangi stress, sehingga wajahnya berseri dan bercahaya.

Tata Cara

Keluarga biasanya sepakat untuk melakukan pingitan selama satu atau dua bulan sebelum hari pernikahan. Upacara siraman merupakan upacara siram air bunga oleh orang tua serta kerabatnya kepada calon mempelai wanita saat mempelai wanita sebagai simbol pembersihan, menjadi awal dari pingitan. Setelah itu, mempelai wanita harus mengenakan pakaian putih serta menutupi rambutnya dengan kain sebagai tanda bahwa ia sedang dalam masa pingitan.

tata cara pingitan

Aturan atau ketentuan dalam pingitan dapat berbeda-beda di setiap daerah. Namun, secara umum, meliputi hal-hal berikut:

  • Pembukaan pingitan. Keluarga dari mempelai wanita biasanya mengadakan acara selamatan untuk menandai pembukaan pingitan. Dalam acara ini, mereka mengundang kerabat dan tetangga untuk berdoa bersama agar mempelai wanita diberikan kelancaran dalam menjalani masa pingitan.
  • Pemindahan calon pengantin perempuan ke tempat pingitan. Setelah acara selamatan, mempelai wanita akan dipindahkan ke tempat pingitan. Tempat pingitan biasanya berada di rumah orang tuanya.
  • Penjagaan calon pengantin perempuan. Selama masa pingitan, mempelai wanita akan dijaga ketat oleh orang tua dan saudaranya. Hal ini bertujuan untuk mencegah calon pengantin perempuan bertemu dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya.
  • Pendidikan dan pelatihan calon mempelai perempuan. Selama masa pingitan, mempelai wanita akan mendapatkan berbagai macam pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan tersebut meliputi ilmu agama, keterampilan rumah tangga, dan cara bersosialisasi dengan keluarga besar suami.
  • Penutupan pingitan. Penutupan dari tradisi ini biasanya ditandai dengan acara syukuran. Dalam acara ini, keluarga dari mempelai wanita akan mengundang kerabat hingga tetangga untuk berdoa bersama agar calon pengantin perempuan diberikan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan pernikahan.

Selama masa pingitan, calon pengantin perempuan tidak boleh keluar rumah atau bertemu dengan siapa pun selain orang tua dan kerabat dekatnya. Ia juga tidak boleh melakukan aktivitas yang berat atau melelahkan, seperti bekerja, berolahraga, atau berpergian. Ia harus fokus pada perawatan diri beribadah, serta menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan emosi negatif, seperti marah, sedih, atau cemburu. Calon pengantin perempuan juga harus menjaga pola makan serta waktu tidurnya agar tetap bugar.

Membuat Suasana Pingitan tidak membosankan dengan berbagai aktivitas

Meskipun pingitan memiliki banyak manfaat, tidak dipungkiri bahwa tradisi juga bisa membuat calon pengantin perempuan merasa bosan, kesepian, atau stres. Oleh karena itu, mempelai wanita perlu mencari cara untuk membuat suasananya tidak membosankan dengan melakukan berbagai aktivitas yang positif yang menyenangkan. Berikut ini adalah beberapa contoh aktivitas yang bisa dilakukan oleh mempelai wanita selama masa tradisi ini berlangsung:

Membuat Suasana Pingitan tidak membosankan dengan mengisi berbagai kegiatan
  • Belajar sesuatu yang baru. Belajar sesuatu yang baru bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan serta wawasan dari calon pengantin perempuan. mempelai wanita bisa belajar sesuatu yang baru yang berkaitan dengan pernikahan atau kehidupan berumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, hingga mengatur keuangan.
  • Berikan kebebasan kepada calon pengantin perempuan untuk menentukan aktivitas favoritnya. Dengan memberikan kebebasan, mempelai wanita akan merasa lebih nyaman juga bahagia selama masa pingitan.
  • Ajak calon pengantin perempuan untuk bertemu dengan teman-temannya. Pertemuan dengan teman-teman dapat membantu mempelai wanita untuk melepas penat serta mendapatkan dukungan moral dari orang-orang terdekatnya.
  • Merawat diri sendiri. Pingitan adalah waktu yang tepat untuk memanjakan diri sendiri dengan berbagai perawatan kecantikan dan kesehatan. Calon pengantin perempuan bisa melakukan perawatan wajah, rambut, kulit, kuku, gigi, dan tubuh secara rutin dengan menggunakan bahan-bahan alami atau produk-produk yang sesuai dengan jenis kulit dan kondisi tubuhnya. Selain itu, calon pengantin perempuan juga bisa melakukan olahraga ringan, yoga, meditasi, atau relaksasi untuk menjaga kebugaran dan keseimbangan pikiran dan jiwa. Dengan merawat diri sendiri, maka akan terlihat lebih segar, sehat, dan cantik di hari pernikahannya.
  • Bermain musik atau menyanyi. Bermain musik atau menyanyi bisa menjadi salah satu cara untuk menghibur diri dan menikmati kesenangan. Dengan bermain alat musik atau menyanyi, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman-temannya. Bermain musik atau menyanyi juga bisa membantu untuk mengurangi stres serta meningkatkan kesehatan mental.
  • Menggambar atau melukis. Menggambar atau melukis bisa menjadi salah satu cara untuk menyalurkan kreativitas dan bakat seni dari calon pengantin perempuan. Dengan menggambar atau melukis apa saja yang calon pengantin wanita sukai, seperti pemandangan, bunga, binatang, atau wajah pasangannya. Menggambar atau melukis juga bisa membantu untuk meningkatkan mood dan kepercayaan diri.

Konsekuensi Jika Melanggar

Pingitan adalah tradisi yang sudah turun temurun dari leluhur kita yang memiliki tujuan dan makna yang baik bagi calon pengantin. Namun, ada hal yang bisa menyebabkan kedua mempelai melanggar pingitan, seperti rasa rindu yang tidak tertahankan, godaan dari teman atau lingkungan, maupun keadaan darurat yang tidak bisa terelakkan. Apa saja konsekuensi jika calon pengantin melanggarnya?

Berikut ini adalah beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi jika melanggarnya:

  • Kurangnya rasa hormat terhadap adat dan keluarga. Melanggar adat dan tradisi yang sudah ada sejak dulu bisa menimbulkan rasa kurang hormat terhadap adat dan keluarga yang sudah mengatur dan mengawasi proses pingitan. Calon mempelai yang melanggar adat dan tradisi, maka ia menganggap tidak menghargai dan menghormati adat dan keluarga yang sudah berusaha menjaga kesucian, keselamatan, dan kecantikannya.
  • Mengurangi rasa rindu, percaya, dan sabar calon mempelai. Pingitan juga memiliki fungsi untuk memupuk rasa rindu, percaya, serta kesabaran di antara calon pengantin. Rasa rindu akan membuat calon pengantin lebih menghargai dan merindukan kehadiran pasangannya. Rasa percaya akan membuat calon pengantin lebih yakin untuk setia kepada pasangannya. Rasa sabar akan membuat calon mempelai lebih tenang dan bijaksana dalam menghadapi masalah. Jika calon pengantin melanggarnya, rasa-rasa ini bisa berkurang atau hilang, sehingga bisa mengurangi kualitas hubungan calon mempelai.
  • Kehilangan aura hingga kecantikan calon mempelai wanita. Salah satu tujuan tradisi ini adalah untuk menjaga aura kecantikan calon pengantin perempuan agar terlihat lebih bersinar dan menarik di hari pernikahannya. Aura kecantikan calon mempelai wanita bisa hilang atau berkurang jika ia melanggarnya dengan bertemu atau berkomunikasi dengan calon suami atau orang lain. Hal ini bisa membuat calon mempelai wanita terlihat lebih pucat, lesu, atau kurang bersemangat di hari pernikahannya.

Itulah beberapa konsekuensi yang bisa terjadi jika calon pengantin melanggar pingitan. Oleh karena itu, sebaiknya calon mempelai menghormati serta menjalaninya dengan baik dan benar, sesuai dengan adat serta tradisi yang berlaku. Dengan begitu, calon pengantin bisa mendapatkan berkah, kebahagiaan, serta keharmonisan dalam pernikahan mereka. Semoga artikel ini bermanfaat serta menambah wawasan Anda tentang pingitan. Terima kasih.